🎨 Arti Kata I Tibar

Darikata-kata bahasa Arab, bayan berarti penjelasan (eksplanasi). Al-Jabiri, berdasarkan beberapa makna yang diberikan kamus Lisân al-Arâb –suatu kamus karya Ibn Mandzur dan dianggap sebagai karya pertama yang belum tercemari pengertian lain-- tentang kata ini, memberikan arti sebagai al-fashl wa infishâl (memisahkan dan terpisah) dan al Dan sisi kita) hai pengikut Asy’ari (mengetahui) kesimpulam yang hasil sesudah nazhar yang shahih secara ‘adat(1) di sisi Asya’ri dan lainnya, karena itu, mengetahui kesimpulam tersebut tidak akan berselisih dari nazhar yang shahih kecuali karena kharq al-adah, sama halnya dengan berselisih membakar dari sentuhan api ataupun secara luzum(2) di sisi Imam al-Razi Namunbagi peneliti, kedua term di atas –‘ilm dan rabb– lebih relevan untuk dikaji dalam kaitannya dengan pembahasan pendidikan Islam. Argumentasi peneliti adalah bahwa term utama yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk ilmu pengetahuan adalah kata ‘ilm; sedangkan ilmu pengetahuan merupakan materi pokok dalam pendidikan. SejarahBulan Muharram. Bulan Muharram (المحرم) berasal dari kata haram (حرم) yang artinya suci atau terlarang. Dinamakan Muharram, karena sejak zaman dulu, pada bulan ini dilarang berperang dan membunuh. Larangan itu terus berlaku hingga masa Islam. Bahkan bulan Muharram termasuk salah satu bulan haram. Dalambahasa arab, sastra disebut adab. Bentuk jamak (plural)-nya adalah Adab. Secara leksikal, kata adab selain berarti sastra, juga etika (sopan santun), tata cara, filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora. Dalam bahasa Indonesia, kata adab ini diserap bukan dengan makna sastra, tetapi sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan Makaambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs.59:2) Dari ayat di atas bahwasanya Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk ‘mengambil pelajaran’, kata I’tibar di sini berarti melewati, melampaui, memindahkan sesuatu kepada yang lainnya. KataI’tibar di sini berarti melewati, melampaui, memindahkan sesuatu kepada yang lainnya. Demikian pula arti qiyas yaitu melampaui suatu hukum dari pokok kepada cabang maka menjadi (hukum) yang diperintahkan. Hal yang diperintahkan ini mesti diamalkan. Karena dua kata tadi i’tibar dan qiyas’ memiliki pengertian melewati dan melampaui. [7] Sungguhdibalik semua kata – katanya itu dan atas semua kejadian ini selalu ada hikmah yang bisa di ambil dan dipetik untuk menjadikn hidup kita menjadi lebih baik jika kita setiap hambanya mau menjadikannya sebagai sebuah i’tibar. Kata – kata rohani yang indah, terus ikhwan itu sampaikan kepada saya. 1BAB I METODE TAKHRIJ, SYARAH DAN KRITIK HADITS A. Metode Takhrij 1. Pengertian Takhrij Hadits Takhrij menurut lughat (bahasa) berasal dari kata ‗kharaja‘, yang berarti ‗tampak‘ atau ‗jelas‘.Takhrij secara bahasa juga berarti istinbath (mengeluarkan), tadrib (memperdalam) dan taujih (menampakkan). 1 Menurut istilah muhadditsin (ahli hadits), takhrij bqiYMQ. Itibar memiliki 1 arti. Itibar Bentuk tidak baku dari iktibar. Kesimpulan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, arti kata itibar adalah bentuk tidak baku dari iktibar. "Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? Dan bumi, bagaimana dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sungguh engkau Muhammad hanyalah pemberi peringatan." Kutipan terjemahan surat al-Ghasyiyah itu mengisyaratkan pentingnya memerhatikan alam sekitar dan memetik pelajaran darinya. Dalam terminologi keislaman, praksis tersebut diistilahkan sebagai iktibar i'tibar. Secara umum, istilah ini berarti mengambil pelajaran ibrah dari suatu peristiwa. Secara kebahasaan, kata ibrah عبرة berasal dari bentuk abara-ya'buru-abratan. Artinya, 'menyeberang dari satu tepi ke tepi yang lain.' Karena itu, sampan dalam bahasa Arab disebut sebagai 'abbarah. Sang hujjatul Islam, Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulum ad-Din menjelaskan, makna i'tibar adalah seseorang yang menyeberang dari apa yang disebutkan kepada apa yang tidak disebutkan. Karenanya, seorang yang hendak melakukan i'tibar tidak membatasi diri pada apa-apa yang disebutkan saja kepadanya. Kemudian, al-Ghazali memberikan contoh. Misalnya, lanjur dia, seseorang menyaksikan suatu musibah yang menimpa orang lain. Jadilah musibah itu sebagai ibrah baginya. Maksudnya, orang itu “menyeberangkan” apa-apa yang dilihat dan disaksikannya kepada dirinya sendiri untuk menggugah kesadaran bahwa bisa saja dirinya yang terkena musibah mirip dengan yang dilihatnya. Pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam KH Mohammad Halim menyajikan penjelasan lain soal i'tibar. Ia mengatakan, istilah itu berarti pengambilan pelajaran dari suatu peristiwa oleh seseorang meskipun pelajaran itu tidak tampak atau disebutkan secara nyata. Ambil contoh, peristiwa penangkapan seorang koruptor. Dalam kasus ini, masing-masing individu bisa saja melakukan i'tibar secara berbeda. Satu orang mungkin ber-i'tibar dengan mengucapkan, “Maka hiduplah dengan jujur. Meskipun miskin, hidup akan damai.” Sedangkan yang lain mungkin berkata, “Jangan masuk politik karena akan membuat orang jadi setan.” I'tibar yang berbeda-beda ini terjadi karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berlainan pula. Alquran dan Sunnah I'tibar tidak hanya tertuju pada peristiwa, melainkan juga sumber-sumber agama, yakni Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bahkan, dari sanalah banyak diperoleh ibrah yang luar biasa. Karena itulah, ketika tertimpa masalah atau kebingungan, umpamanya, seorang Mukmin dapat mendirikan shalat hajat atau shalat istikharah. Kemudian, ia dianjurkan untuk membaca Alquran. Akhirnya, dengan itulah dirinya memperoleh jawaban. Istilah i'tibar juga dapat ditemukan dalam penelitian hadis-hadis Nabi SAW. Secara kebahasaan, i'tibar berkaitan dengan i'tabara, yang berarti 'memperhatikan suatu perkara untuk mengetahui perkara lain yang sejenis.' Dalam ilmu hadis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmud Thahan dalam Musthalah al-Hadits dijelaskan, i'tibar adalah penelusuran jalur-jalur hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi untuk mengetahui apakah terdapat rawi lain yang berserikat dalam riwayatnya atau tidak. Alumnus Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences Isyfi Anni dalam artikelnya di Hadipedia menjelaskan, saat melakukan i'tibar seseorang mesti memerhatikan tiga elemen. Pertama adalah jalur sanad. Kedua, nama-nama perawi. Terakhir, metode periwayatan yang digunakan antarperawi. Metode yang dimaksud adalah mencermati lambang periwayatan yang digunakan perawi dalam menerima dan/atau menyampaikan riwayat. Ini dikenal pula dengan istilah tahammul wa ada’ul hadits. Lambang yang dipakai oleh masing-masing perawi menunjukkan tersambung atau tidaknya sebuah periwayatan serta level akurasi perawi. Namun, lambang yang tercantum tetap harus dikaji ulang. Sebab, mungkin saja terdapat informasi yang tidak lengkap tadlis yang berkaitan dengan sanad. I'tibar dilakukan dengan menganalisis jumlah periwayatan. Kemudian, membuat skema jalur sanad secara cermat. Apabila ada sedikit kesalahan, seperti keliru penulisan nama, maka ini akan sangat berpengaruh ketika menyimpulkan kualitas sanad. Kegiatan i'tibar dalam penelitian hadis bertujuan mengetahui ada atau tidaknya pendukung berupa mutabi atau syahid pada hadis yang diteliti. Apabila jalur sanad yang diteliti memiliki pendukung, sanad hadis yang telah memenuhi syarat dikuatkan, layak untuk dinaikkan kualitasnya. Namun, jika kualitas awal sanad hadis sudah sangat lemah dhaif, maka ia tidak dapat dikuatkan dengan jalur lain.

arti kata i tibar